Rabu, 26 Mei 2010

Cedera Kepala

Cedera Kepala
Pengertian:
Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala, tulang tengkorak, dan otak, paling sering terjadi dan merupakan penyakit neurologik yamg serius diantara penyakit neurology dan merupakana proporsi epidemiologi sebagai hasil kecelakaan jalan raya (brunner and Suddart, 2001).
Cedera kepala adalah suatu bentuk trauma yang dapat merubah kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan aktifitas fisik, intelektual, emosional, social, dan pekerjaan atau suatu gangguan traumatic yang dapat menimbulkan perubahan fungsi otak (Black. M, 1997 dalam kumpulan materi kuliah FIK UI 2004
Klasifikasi
Berdasarkan patologi:
Komosio Cerebri :
Hilangnya fungsi neurology sementara tanpa kerusakan struktur, umumnya meliputi sebuah periode tidak sadarkan diri dalam waktu yang berakhir selama beberapa detik sampai beberapa menit, getaran otak sedikit saja hanya aklan menimbulkan pusing/berkunang-kunang atau juga dapat kehilangan kesadaran komplet sewaktu gejala:
a. Jika terjadi kecelakaan, kesadaran mungkin hanya beberapa detik/menit
b. Setelahnya pasien mungkin ,engalami disorientasi dalam waktu yang relatif singkat
c. Gejala kecil : sakit kepala, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan memori sementara, pasif dan peka
d. Amnesia retrograde (pada beberapa orang)
Kontusio Cerebri:
• Merupakan cedera kepala berat, dimana otak mengalami memar, dengan kemungkinan adanya daerah hemoragi. Pasien berada pada keadaaan tidak sadarkan diri. Gejala muncul lebih khas :
• Pasien terbaring, kehilangan gerakan, denyut nadi lemah, pernafasan dangkal, kulit dingin dan pucat
• Defekasi dan berkemih tidak disadari
• Tekanan darah dan suhu tidak normal

Berdasarkan derajat kesadaran :
Cedera Kepala Ringan
 GCS 13- 15
 Pusing 10 menit, tidak ada deficit neurology
 Gambaran scaning otak normal
Cedera Kepala Sedang
 GCS 9-12
 Pingsan > 10 menit sampai dengan 6 jam
 Terdapat deficit neurology
 Gambaran scanning otak abnormal
Cedera Kepala Berat
 GCS 3-8
 Pingsan > 6 jam
 Defisit neurology terjadi
 Gambaran scaning otak abnormal
Catatan:
Pada cedera kepala dengan GCS 13-15, pingsan  10 menit, tanpa deficit neurology, tetapi scaning otak menunjukkan adanya perdarahan, maka diagnosa bukan cedera kepala ringan tetapi cedera kepala sedang.

Perdarahan Intracranial pada cedera kepala
1. Hematoma Epidural
Adalah suatu akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak bagian dalam dengan meningen paling luar (durameter) Hematom ini terjadi karena robekan arteri meningeal tengah atau meningeal bagian frontal. Tanda dan gejala klasik terdiri dari:
Penurunan kesadaran ringan waktu terjadi benturan yang diikuti oleh periode lucid dari beberapa menit sampai jam dan diikuti oleh penurunan neurology dari kacau mental sampai dengan koma, dari bentuk gerakan bertujuan sampai pada bentuk tubuh dekortikasi atau deserebrasi dan dari pupil isokor sampai anisokor.



2. Hematoma Subdural
Adalah akumulasi darah dibawah lapisan meningeal dan diatas lapisan arachnoid yang menutupi otak. Penyebabnya biasanya robekan pembuluh darah vena yang ditemukan di area ini. Hematom ini terbagi menjadi :
Akut :
- Menunjukkan gejala dalam 24-48 jam setelah cedera
- Tanda klinis : TD meningkat dengan frekuensi nadi lambat dan pernafasan cepat sesuai dengan peningkatan hematoma yang cepat

Sub Akut :
- Mempunyaia gekjala klinis dari 2 hari- 2 minggu setelah cedera
- Awitan gejala klinis lebih rendah dan lebih tidak berbahaya dari pada yang akut
Kronis:
- Terjadi 2 minggu sampai dengan 3-4 bulan setelah cedera awal, hemoragi awal mungkin sangat kecil
- Dalam satu minggu atau lebih dari hemoragi, bekuan membentuk membrane mukosa yang berbentuk kapsul
- Gejala umum meliputi sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, kadang-kadang disfagia
3. Hematoma Intrakranial
Adalah pengumpulan darah 25 ml atau lebih dalam parenkim otak dan sulit dibedakan secara radiologist antara kontusio otak dengan perdarahan dalam di dalam substansi otak. Penyebab utama adalah fraktur depresi tulang tengkorak, cidera penetrasi peluru, dan getaran akselerasi-deselerasi tiba-tiba

Mekanisme cedera :
 Cedera otak dapat terjadi akibat benturan langsung atau tidak langsung pada kepala
 Baik berupa kompresi, akselerasi, deselerasi
 Kelainan dapat berupa cedera otak fokal/difus dengan atau tanpa fraktur tulang tengkorak
 Cedera otak fokal dapat menyebabkan memar otak, hematom epidural, sub dural, dan intracerebral
 Cedera difus dapat menyebabkan gangguan fungsional atau cedera structural yang difus
 Dari tempat benturan, gelombang kejut disebarkan keseluruh arah, bila tekanan cukup besar makan akan terjadi kerusakan jaringan otak di tempat benturan (coup) atau di tempat yang berseberangan dengan daerah benturan (contracoup)

Patofisiologi:
Trauma, Cedera otak, Aliran darah ke otak menurun, Gangguan oksigenisasi, Kekurangan suplai O2, Kekurangan suplai glukosa, Gangguan metabolisme, Odema , Iskemia, Nekrosis dan perdarahan, Kematian.

Manifestasi Klinis
Gangguan kesadaran, konfusi, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba deficit neurologist, dan perubahan tanda-tanda vital. Mungkin ada gangguan pengelihatan dan pendengaran, disfungsi sensori, kejang otot, sakit kepala, vertigo, gangguan pergerakan, kejang, Syok mungkin menunjukkan cedera multi system

Manajemen therapy
Pasien dalam keadaan sadar (GCS 15) dengan :
Simple head injury bila tanpa deficit neurology
- Dilakukan rawat luka
- Pemeriksaan radiology
- Pasien dipulangkan dan keluarga diminta untuk observasi bila terjadi penurunan kesadran segera bawa ke rumah sakit
Kesadaran terganggu sesaat
- Pasien mengalami penurunan kesadaran sesaat setelah trauma dan saat diperiksa sudah sadar kembali
- Lakukan foto kepala dan perawatan luka
- Pulangkan dan bila kesadaran menurun di rumah, segera bawa ke rumah sakit
Pasien dengan Penurunan Kesadaran:
1. CKR (GCS 13-15)
Perubahan orientasi tanpa disertai deficit fokal cerebral
- Lakukan pemeriksaan fisik, perawatan luka, foto kepala, istirahat baring dengan mobilisasi bertahap sesuai dengan kondisi pasien disertai terapi simptomatis
- Observasi minimal 24 jam di rumah sakit untuk menilai kemungkinan hematom intracranial seperti sakit kepala, muntah, kesadaran menurun, gejala lateralisasi (pupil anisolor, refleks patologis positif)
- Jika dicurigai adanya hematom, lakukan scaning otak
2. CKS (GCS 9-`12)
Pada kondisi ini, pasien dapat mengalami gangguan kardiopulmoner, urutan tindakan sebagai berikut:
- Periksa dan atasi gangguan nafas (ABC)
- Lakukan pemeriksaan kesadaran, pupil, tanda fokal cerebral dan cedera organ
- Foto kepala dan bila perlu bagian tubuh lainnya
- Scaning otak bila dicurigai hematoma intracranial
- Observasi TTV, kesadaran, pupil dan deficit fokal cerebral lainnya
CKB ( GCS 3-8)
- Biasanya disertai cidera multiple
- Bila dicurigai fraktur cervical pasang kolarneck
- Bila ada luka terbuka dan ada perdarahan dihentikan dengan balut tegas untuk pertolongan pertama
- Observasi kelainan cerebral dan kelainan sistemik
- Hipokapnia, hipotensi, dan hiperkapnia akibat gangguan cardiopulmonal

Pemeriksaan Diagnostik
 CT Scan : adanya nyeri kepala, mual, muntah, kejang, penurunan kesadaran, mengidentifikasi adanya sol, hemoragi, menentukan ukuran vntrikel, pergeseran jaringan otak
 MRI : Mengidentifikasi perfusi jaringan otak, misalnya daerah infark, hemoragik
 Angiografi cerebral : Menunjukkan kelainan sirkulasi cerebral seperti pergeseran cairan otak akibat odema, perdarahan, trauma
 EEG : memperlihatkan keberadaan/perkembangan gelombang patologis
 Sinar X : Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang tengkorak, pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan)
 BAER (Brain Audio Evoked Response) untuk melihat korteks dan batang otak
 PET (Position Emmision Tomografi) menunjukkan aktifitas metabolisme pada otak
 LP :Mungkin adanya perdarahan subarachnoid, menganalisa cairan otak

Laboratorium:
 AGD untuk mengetahui adanya masalah ventilasi perfusi atau oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK
 Kimia Darah untuk melihat keseimbangan cairan dan elektrolit yang berperan dalam peningkatan TIK dan perubahan status mental
 Pemeriksaan Toksikologi untuk mendeteksi obat yang mungkin menimbulkan penurunan kesadaran
 Kadar anti konvulsan darah untuk mengetahui keefektifan terapi untuk mengatasi kejang

Komplikasi
 Epilepsi
 Infeksi
 Odema
 GI Tract :
i. Sering ditemukan gastritis erosive/lesi GI 10-14%
ii. Kelainan fokal karena kelaianan akut mukosa GI atau karena kelaianan patologis atau karena cedera cerebral.
iii. Umumnya terjadi karena hiperaciditas , hiperfungsi kelenjar adrenal yang ditandai dengan hiperkolesterolemia
 Kelainan Hematologis
 Anemia, trombositopenia, hiperagregasi trombosit, hiperkoagulitas atau disseminated intrakoagulopati (DIC) sifatnya sementara tetapi perlu penanganan segera
 Gelisah yang dapat disebabakan oleh kandung kemih yang full, usus halus yang pecah, frakur, TIK meningkat, emboli paru
 Sesak nafas Akut akibat aspirasi, odema pulmonal, tromboemboli atau emboli lemak ke arteri pulmonal
 Tromboemboli pulmonal berasal dari trombosis vena dalam di tungkai dll.
 Emboli lemak karena patah tulang
 Gejala lainnya seperti dispnea, hipotensi dan syok
 Aspirasi
 Dapat terjadi daerah-darerah infark, alveoli paru tertutup, odema dan perdarahan di dalam paru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar